Selasa, 21 Juli 2015

Aku yang selalu akan mencarimu

Senin, 21 Juli 2015, 02.45

Bahagia itu selalu ada dan banyak macamnya, aku hanya perlu bersyukur dan menyadari bahwa aku selalu memilikinya–meski hanya dalam bentuk paling sederhana. Begitu kata orang-orang bijak. Tapi bukankah itu juga berarti penyangkalan, bahwa sebetulnya aku  hanya diizinkan punya porsi terbatas untuk bahagia, tidak lebih

Kamu tahu? 
Terkadang, cukup dengan melihatmu bahagia dari jauh, kutemukan bahagiaku. Bahagia yang kucari, bukan sebab datang dengan maunya sendiri. Semu, memang. Tapi setidaknya lebih baik daripada membencimu, bukan?
Bahagia ini seperti dipaksakan, aku tak lagi punya pilihan.
Meski entah ini memang bahagia yang sesungguhnya, atau imajinasiku terlalu terlatih untuk mengada-ada?
Aku tidak mengerti, entah dengan melihatmu tersenyum aku juga merasakan yang sama, atau semuanya hanya karena aku tak lagi miliki pilihan? Terkadang lucu, jika memang benar ada wujud bahagia seperti itu. Padahal kalau boleh jujur, aku ingin bahagiamu yang dibagi denganku.

Jika aku pandang sebuah pohon dengan tatapan penuh kagum. Bagaimana bisa ia tetap berdiri tegak, sementara melnopang dedaunan yang selama ini dipertahankannya, justru jatuh dan kemudian meninggalkan?  Atau, ini hanya salah satu cara semesta untuk mengajarkanku menjadi lebih kuat?
Kuat itu aku, yang telah lama jauh terjatuh padamu, tahu sakitnya luka, namun terus mengulanginya saja.

Lalu, aku harus ke mana? Tepatnya, aku harus bagaimana?
Aku bingung dengan perasaan ini, yang terlalu mencintaimu dan aku tidak tahu apakah kamu merasakan hal sama atau justru sebaliknya, dan membuat mengkhayalkannya saja aku tak berani. Ketika mengkhayalkannya dapat membuat aku meneteskan airmata yang bertanda aku takut hal itu terjadi.

Tak perlu kamu tahu sesakit apa aku, yang kuperlu hanya kamu bilang iya untuk cintaku. Paling tidak, aku sudah pernah mencoba untuk terjatuh, meski bukan kedua tanganmu yang menangkap hatiku secara utuh. Memang ada yang hancur dan tidak secara baik tertata, namun paling tidak aku pernah tahu bagaimana rasanya jatuh cinta. Meski yang kurasakan ialah tangis untuk keduanya, namun paling tidak aku selangkah lagi menuju masa yang belum ada dan penuh bahagia.

Yang ada padaku memang tidak untuk menjadi sesuatu yang menarik perhatianmu. Teriakan yang tak terdengar, atau kamu memang enggan menoleh lalu sadar. Keberadaan yang tak terlihat, atau kamu memang enggan untuk kita menjadi terlalu dekat karena kekuranganku.
Aku tau aku begitu berbeda dengan yang lainnya, namun mengapa tak kamu berikan aku tatapan yang sama? Harus sejauh mana aku menyentuh hatimu, agar setidaknya kamu tak buru-buru berlalu dari sisiku? Kukira mencintai lewat mimpi tak akan pernah senyata ini, kecuali padamu.

Lalu, ketika kini aku terlanjur cinta, rasa ini harus dibawa ke mana? Sementara ke hatimu saja tak kutemukan jalannya.
Kamu terlalu jauh untuk kurengkuh atau kedekatan memang tak pernah kau inginkan diantara kita? Sebab berulang kali aku menunjukkan diri, namun tak sekali pun kamu menyadari bahwa aku selalu ada. Bagaimana bila rasa ini bukanlah untuk sementara? Bagaimana bila aku tak sanggup lagi untuk menunggu lebih lama? Barangkali terlalu sulit bagimu untuk menaruh peduli, sedangkan terlalu mudahnya aku untuk memberi hati.
Meski kamu memilih jalan yang tak pernah melewati pintu hatiku, ingatlah bahwa itu tak berarti aku tak menunggumu di balik pintu. Bisa jadi, di suatu waktu yang entah, kamu tersesat kemudian berteduh di berandaku. Bisa jadi, di suatu saat yang kelak, kamu menemui nyaman di hangat pelukku. Tetapi, bisa juga tidak.

Meski yang mereka lihat ialah bahwa aku selalu menerima kepedihan ini, ingatlah, tak berarti aku tidak berusaha. Barangkali di suatu waktu yang entah, kamu akan mendengar. Barangkali di suatu titik yang entah, aku akan terlihat. Atau barangkali sebelum semuanya itu terjadi, rasa yang ada justru telanjur pergi.
Semoga di suatu hari nanti, kamu akan tahu dan menyadari bahwa aku pernah sebegitunya ingin untuk mencintai dan dicintai olehmu. Semoga pada suatu  saat nati, segala sesuatunya belumlah terlambat.


Yang perlu kamu tahu, tetap memilihmu bukanlah pilihan, itu keputusan.

Menyesal bukanlah bagianku, itu bagianmu jika kelak kehilangan aku. Sebab aku berani bertaruh, belum pernah kamu menemu hati lain yang cukup gila seperti aku, yang terus menerus tah sampai kapan menanti sesuatu yang tidak pasti.
Ingatlah, jika ada yang menyakitimu, jangan cari aku. Sebab nanti, aku yang lebih dulu menemukanmu.
Jika tak kamu temukan aku, tetaplah jangan mencari. Sebab barangkali yang ingin kamu temukan bukanlah aku, melainkan dirimu yang lain, yang sejak lama ada padaku.

Maka teruslah jangan aku yang kamu cari, hanya sebab kamu tak mau merasa sendiri.  Ku tahu saat ini aku telah cukup jadi egois, dengan menutup rasa dari apapun yang kutahu bisa membuatmu membenci aku, tetapi sekali lagi tetap memilihmu bukanlah pilihan, itu keputusan yang aku ambil dalam hidupku,,


S.M.P......


Tidak ada komentar:

Posting Komentar